Di Dunia
Sejak kehidupan dimulai, manusia senantiasa membutuhkan air untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Air yang kita pergunakan sehari-hari memiliki siklus dimana air hujan yang turun dari awan lalu jatuh ke bumi dan diserap oleh tanah, dan sebagian mengalir di permukaan dari tempat yang tinggi atau hulu ke tempat rendah atau hilir, hingga akhirnya tiba di laut. Bagian inilah yang kita sebut sungai. Kemudian air laut ini akan menguap akibat sinar matahari dan membentuk butiran air pada awan, demikian seterusnya.
Secara naluri, sejak jaman purba manusia lebih banyak tinggal pada daerah dimana terdapat sumber air. Entah sejak kapan dimulainya, manusia mulai mengarungi sungai demi menjaga kelangsungan hidup mereka, misalnya untuk mencari makan atau lainnya.
Segala apa yang ada di alam langsung mereka manfaatkan, misalnya batang pohon yang diikat digunakan sebagai media pengapung. Ada juga yang membuat perahu dengan menggunakan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya untuk tempat duduk saat mengarungi sungai.
Suku di Kanada jaman dahulu telah memulai pengembangannya. Lalu orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakannya Pirogue, sedangkan orang-orang primitif biasa menyebut Dug Out Canoe. Orang-orang Maoris dari New Zealand mengembangkan Dug Out Canoe maha besar untuk mengangkut pasukan tempur mereka. Sementara Suku Kwakiuti Indian dari Vancouver (Kanada) menghiasi perahu mereka dengan ukiran yang indah. Bark Out Canoe adalah pengembangan dari Dug Out Canoe, dimana dibuat dari tempelan papan-papan oleh orang Indian Amerika Utara. Orang Eskimo menciptakan Skin Covered Craft yaitu perahu yang dibungkus dengan kulit binatang agar tak tembus air.
Pada abad 19 seorang pramuka bernama John Macgregor mengembangkan kendaraan air ini untuk rekreasi dan olah raga. Jaman terus berkembang, orang tertarik akan keindahan dan lingkungan sungai dan terus mengembangkan kegiatan ini. Material perahu juga berkembang beralih ke plastik, aluminium, fiberglas dan karet.
Selanjutnya orang mulai berfikir bagaimana caranya agar dapat mengarungi sungai dengan kendaraan yang dapat menampung penumpang lebih banyak dan perbekalan. Setelah Perang Dunia II usai, perahu milik Angkatan Laut Amerika mulai digunakan untuk mengarungi sungai. Namun perahu ini didesain untuk menerjang ombak laut, bukan untuk di jeram. Arung jeram dilakukan dengan menggunakan perahu bulat yang disebut “Basket Boat” karena bentuknya mirip keranjang. Perahu ini selalu penuh dengan air, bahkan hanya dengan melewati jeram kecil. Sampai saat ini perahu jenis ini masih dipergunakan pada sungai-sungai yang mudah.
Di tahun 1950, sebagai kegiatan yang mulai banyak digemari, kualitas dari perahu pun ditingkatkan. Maka mulailah diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang naik di bagian depan dan belakangnya dengan material yang lebih kuat dan dapat mengangkat orang dan perbekalan lebih banyak.
Di negeri Paman Sam, kegiatan arung jeram sebagai olah raga dipelopori oleh Mayor John Wisley, seorang ilmuwan yang memimpin sebuah ekspedisi di sepanjang Sungai Colorado pada Tahun 1960-an. Perahu yang digunakannya terbuat dari kayu.
Di akhir abad XIX, seorang ilmuwan bangsa Belanda memimpin ekspedisi menyusuri Sungai Kapuas dan Mahakam di Kalimantan yang juga berjeram, dengan menggunakan perahu Suku Dayak yang terbuat dari kayu. Perjalanan ini menempuh waktu hampir satu tahun. Ketika tahun 1994, rute perjalanan ini di tapak tilasi kembali dengan perahu bermotor, diperlukan waktu 44 hari untuk mengarungi jalur ini.
Sampai dengan Tahun 1983, para pangarung jeram tidak mempunyai pilihan lain selain menimba air keluar perahu setelah melewati jeram. Para pengarung jeram sering mengalami “mimpi buruk” bila kehilangan ember untuk menimba perahu.
Setelah beberapa macam perahu dicoba, ditahun 1983 perahu dapat mengeluarkan air sendiri disebut “Self Bailer” berhasil diproduksi oleh Jim Cassady. Kunci sukses dari perahu ini adalah lantainya yang diberi angin. Lantai yang berisi udara ini akan selalu mengapung di atas permukaan air sehingga dengan sendirinya air akan keluar lewat lubang disekeliling lantai perahu.
Selain perahu “Self Bailer” dikembangkan pula perahu jenis Kataraft. Perahu ini dikembangkan oleh para Geologist dari Rusia. Desain dari perahu ini sangat sederhana dan diadaptasi dari perahu Kataraman yang digunakan di laut. Perkembangan dari perahu jenis ini menjadi bermacam-macam hingga dapat lebih dari 50 macam.
Selain menggunakan perahu diatas, masih banyak lagi sarana yang dapat digunakan untuk berarung jeram seperti kayak, canoe, inflatable kayak dan bahkan juga telah dicoba dan marak yaitu “Boogie Board” yaitu arung jeram dengan sejenis papan luncur.
Di Indonesia
Negara kita yang hampir sebagian besar terdiri dari air tidkalah mengherankan kalau sejak dahulu kala bangsa kita telah mengenal pengarungan sungai. Misalnya di Kalimantan, suku Dayak telah lama mengarungi Sungai Mahakam maupun Kapuas dengan perahu biduk, yang juga terbuat dari batang pohon yang dilubangi, juga suku-suku di pedalaman Papua yang hidup disekitar aliran Sungai Mamberamo. Dan juga suku lainnya di pelosok nusantara ini.
Sejarah Arung Jeram di Indonesia mulai sekitar awal Tahun 1970-an dengan istilah olah raga arus deras (ORAD). Dipelopori oleh rekan-rekan pecinta alam dari Bandung (Wanadri) dan Jakarta (Mapala UI). Olah raga ini kemudian menjadi salah satu olah raga petualangan yang paling diminati oleh para pecinta alam. Pada tahun 1975, Wanadri menggelar Citarum Rally I. Pada tahun yang sama Mapala UI mengembangkan juga olah raga ini dengan arung jeram, dimulai dengan ekspedisi melintas Sungai Mahakam dan Sungai Barito bersama dengan Frank Morgan, seorang pengacara profesioanal.
Perahu dan peralatan yang dipakai mulai meningkat kualitasnya, dimulai dari ban dalam, perahu LCR tentara sampai perahu karet khusus sungai (River Raft) juga kayak. Hal ini mendorong arung jeram tumbuh cukup pesat dan menarik minat para pengarung jeram untuk mengarungi sungai-sungai didaerah yang jauh dan penuh tantangan. Sungai Mahakam, Barito, Alas, Mamberamo dan Van Der Wall, kemudian juga diarungi sungai-sungai di Jawa. Sungai yang biasa diarungi yaitu Citarik, Cimandiri, Cicatih dan Cimanuk di Jawa Barat. Di Jawa Tengah memiliki Sungai Progo, Serayu dan Elo yang biasa diarungi. Di Jawa Timur memiliki Sungai Ireng-ireng, Pekalen.
Secara komersial wisata arung jeram diperkenalkan oleh SOBEX EXPEDITION yang kemudian membuka wisata arung jeram di Sungai Ayung Bali, Sungai Alas di Aceh, Sungai Sa’adan di Sulawesi Selatan dan Sungai Citarik di Jawa Barat. Saat ini sudah banyak operator wisata Arung Jeram, baik di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, diantaranya Kalingkalih Adventure.